ASOKA MAURYA (Part – 1)

Riwayat Hidup Raja Asoka (1)

MASA MUDA RAJA ASOKA

Sejarah Kerajaan Magadha

Pada zaman dahulu di lembah sungai Gangga terdapatlah sebuah kerajaan yang berpengaruh bernama Magadha. Saat itu penguasa kerajaan Magadha adalah Raja Bimbisara yang bertahta di Rajagaha. Kemudian putra Raja Bimbisara, Pangeran Ajatasattu, karena hasutan dari Bhikkhu Devadatta, seorang murid Buddha Gotama yang jahat, membunuh ayahnya dan merebut tahta kerajaan.

Menjelang wafatnya Sang Buddha pernah berkunjung ke sebuah desa di pertemuan sungai Gangga dan sungai Sona bernama Pataligama. Saat itu perdana menteri kerajaan Magadha, Sunidha dan Vassakara, sedang membangun benteng di sana sebagai pertahanan terhadap suku Vajji. Saat melihat pembangunan benteng tersebut, Sang Buddha berkata kepada Ananda, salah satu murid sekaligus pelayan pribadinya :

“Ananda, selama bangsa Ariya berkembang dan lalu lintas perdagangan menjadi lebih ramai, daerah ini akan menjadi kota yang terkemuka dan pusat perdagangan, Pataliputta. Tetapi Pataliputta, Ananda, dapat terkena tiga jenis bencana, yaitu api, air dan perselisihan.”

Putra Raja Ajatasattu, Udayabhaddaka, membunuh ayahnya dan menjadi raja Magadha. Raja Udayabhaddaka memindahkan ibukota kerajaan ke Pataligama. Putra Raja Udayabhaddaka, Mahamundika, membunuh ayahnya dan kemudian menjadi raja; Pangeran Anuruddha, putra Raja Mahamundika, menjadi raja setelah membunuh ayahnya; Pangeran Nagadasa, putra Raja Anuruddha, menjadi raja setelah membunuh ayahnya.

Para penduduk Magadha menjadi gusar atas pergantian raja mereka yang selalu dinodai dengan pembunuhan orang tua oleh anaknya. Mereka menurunkan Raja Nagadasa dari tahtanya dan mengangkat Sisunaga, seorang menteri yang dianggap layak, menjadi raja mereka. Raja Sisunaga memindahkan istananya ke Girivraja kemudian ke Vesali.

Kemudian Raja Kalasoka menggantikan ayahnya, Raja Sisunaga. Ia memindahkan kembali ibukota kerajaan ke Pataliputta. Pada akhir tahun kesepuluh pemerintahan Raja Kalasoka, seratus tahun telah berlalu sejak Parinibbana Sang Buddha.

Dinasti Sisunaga berakhir ketika Mahapadma Nanda merebut tahta kerajaan Magadha dan mendirikan Dinasti Nanda. Pada periode yang sama Alexander Agung dari Macedonia menguasai kerajaan Persia dan ingin memperluas kekuasaannya ke daerah lembah sungai Indus di India bagian barat laut. Ia menyeberangi sungai Indus dan menyerang Punjab sampai dengan sungai Hyphasis, namun para pasukannya memberontak dan menolak untuk melakukan penyerangan lebih jauh. Ia pun terpaksa kembali ke Persia.

Berdirinya Dinasti Mauriya

Seorang pemuda bernama Candagutta (Chandragupta) dari suku Moriya (Maurya) berhasil menghimpun kekuatan dan mengusir garnisun Macedonia dari lembah sungai Indus. Kemudian ia berhasil mengalahkan Dhanananda, raja terakhir dari Dinasti Nanda, dan menguasai kerajaan Magadha dari ibukotanya, Pataliputta. Dengan bantuan Brahmana Canakka (Chanakya atau Kautilya) yang pandai mengatur ketatanegaraan, Candagutta menjadi raja pertama yang berhasil menguasai daerah India bagian utara yang terbentang dari Teluk Benggala sampai dengan Laut Arab. Penerus Alexander, Seleukos I dari Siria, berusaha merebut kembali Punjab dari orang-orang India, namun menderita kekalahan dalam melawan pasukan Raja Candagutta.

Akhirnya, Seleukos I dengan senang hati mengadakan perjanjian damai dengan Raja Candagutta dan memberikan putrinya untuk dinikahi serta memberikan semua daerah di sebelah utara Hindu Kush, termasuk Baluchistan dan Afghanistan, sebagai alat tukar untuk lima ratus gajah perang. Seleukos juga mengirimkan duta besarnya, Magasthenes, ke Pataliputta. Berdasarkan catatan yang dibuat Magasthenes, kerajaan Magadha saat itu memiliki kekuatan armada perang yang sangat besar.
Raja Candagutta digantikan oleh putranya, Pangeran Bindusara. Raja Bindusara memperluas kekuasaannya hingga meliputi seluruh India bagian selatan di mana ia berbagi kekuasaan dengan penguasa Tamil yang bersahabat dengannya.

Kelahiran Asoka

Seorang brahmana dari Campa memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Dhamma atau Subhadrangi. Diramalkan bahwa ia akan menikah dengan seorang raja dan memiliki seorang putra yang akan menjadi penguasa seluruh India. Setelah putrinya dewasa, sang brahmana mempercantik Dhamma dengan berbagai perhiasan dan memberikannya untuk dinikahi oleh Raja Bindusara. Raja menerimanya ke dalam istananya.

Kecantikan Dhamma menimbulkan kecemburuan para permaisuri lainnya. Takut jika raja akan lebih menyukai sang gadis, para permaisuri mengajarkan keterampilan mencukur dan mengirimkannya untuk merawat rambut dan janggut raja. Ia sangat terampil dalam pekerjaannya sehingga raja dapat bersantai dan tertidur pulas selama rambut dan janggutnya dirawat oleh Dhamma.

Sangat puas dengan pekerjaannya, Raja Bindusara suatu hari menanyakan kepada Dhamma apa yang ia inginkan. Dhamma meminta anak dari sang raja. Raja terkejut dan berseru, “Tetapi bagaimana mungkin aku, seorang penguasa dari kasta ksatria, menikahi seorang gadis tukang cukur!”
“Yang Mulia,” sang gadis menjawab, “Saya bukan gadis tukang cukur, tetapi putri seorang brahmana. Ayah saya telah memberikan saya kepada Yang Mulia sebagai istri.”

Mengetahui bahwa ia telah diajarkan keterampilan mencukur, raja memerintahkan agar ia tidak melakukan hal tersebut lagi. Raja juga mengangkat Dhamma sebagai permaisuri utama.
Kemudian Ratu Dhamma melahirkan seorang putra. Ketika ditanyakan apa nama yang diberikan kepada putranya, ia berkata, “Ketika anak ini dilahirkan, aku tidak mengalami penderitaan apa pun.” Demikianlah, sang anak diberi nama Asoka yang berarti “tanpa penderitaan”.

Sebagai putra raja, Pangeran Asoka tumbuh tidak hanya menjadi anak yang gesit, tetapi juga nakal. Ia juga seorang pemburu yang cekatan. Sejak masa Raja Candagutta berburu merupakan kebiasaan dan hobi para anggota keluarga kerajaan.

Tidak ada pangeran lain yang melebihi Pangeran Asoka dalam hal keberanian, harga diri, kecintaan akan petualangan, dan kemampuan dalam administrasi. Oleh sebab itu, walaupun hanya sebagai pangeran, ia disukai dan dihormati oleh pengikutnya dan para menteri.

–berlanjut–

▪ ▪ ▪

Sumber :

RIWAYAT HIDUP RAJA ASOKA

Oleh : Ariyakumara

Dibagikan oleh : Mahesa Reksa Kembara

▪ ▪ ▪

Tinggalkan komentar